Halaman

Senin, 25 Februari 2013

KETULUSAN AWAL SEGALANYA

Ketulusan adalah sebuah kesediaan seseorang untuk berbuat dengan hanya berharap kerelaan dan kecintaan pihak yang telah berjasa baik kepadanya. Seseorang yang bersedia untuk malakukan tugas dengan penuh tanggungjawab, amanah, mau berkorban, sepenuh waktu dan sepenuh jiwa adalah sebuah ketulusan.
Ketulusan dalam bahasa agama adalah keikhlasan. Sebuah persembahan amal hati yang tersembunyi dan amal perbuatan yang nampak dalam rangka mengharapkan keridloan dan kecintaan Sang Pencipta merupakan keihklasan yang semestinya. Ihklas inilah yang merupakan nama sebuah ketulusan karena Allah. Ketulusan yang tidak semata-mata karena Allah SWT bukanlah disebut ikhlas.
Ketulusan karena Allah semata atau keikhlasan yang menjadi awal dari segalanya. Carut marutnya fenomena korupsi, penyalahgunaan wewenang, penghianatan pegawai, pendzoliman kebijakan, dan perilaku menyimpang lainnya adalah akibat dari ketulusan yang salah. Dalam dunia pendidikan timbulnya kekerasan pendidikan berupa melabeli siswa bodoh, mengajar membosankan, sering memarahi siswa, dan perilaku lain yang tidak membuat siswa nyaman untuk belajar adalah akibat ketulusan yang salah. Ketulusan yang salah tidak bisa disebut ikhlas. Ini juga awal sebuah petaka timbulnya berbagai kekerasan dalam pendidikan.
Ada dua hal yang perlu diluruskan dalam hal ketulusan yang menjadi awal dari segalanya, yaitu : Pertama, mengembalikan pemahaman tentang segala aktivitas kehidupan. Baik aktivitas hati, lisan, tulisan, dan semua aktivitas lainnya harus bermakna ibadah. Sesuai dengan definisi Syeikhul Islam Ibnu taimiyyah : “Ibadah adalah suatu ungkapan yang mencakup seluruh perbuatan hati, dan anggota badan yang diridloi dan dicintai oeleh Allah SWT. Baik lahir maupun batin”.
Kedua, Memurnikan niat semata karena Allah sampai pada tingkatan ikhlas haqiqi, sehingga bersih dari riya (ingin dilihat) dan sum’ah ) ingin terkenal). Allah SWT. Telah berfirman :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Al-Bayyinah : 5)
Dan juga firman-Nya :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Al-Dzariyat 56)
Maka jika mulai dari bekerja mencari nafkah, menyekolahkan anak, mengajari anak atau murid, dan semua aktivitas hidup lainnya dimaknai sebagai ibadah yang dilakukan secara tulus karena Allah SWT, maka kebaikan dan keberkahan akan diperoleh yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya. Demikian juga saat kita rutin menambah ilmu, bersikap santun, dermawan, tidak sombong, melayani dan membantu masyarakat, jika disetting sebagai ibadah yang ikhlas karena Allah maka kedamaian dan kesejahteraan yang akan tercipta.
Berbeda sekali saat makna dan orientasinya salah, bukan ibadah yang diorientasikan untuk Allah semata. Tanapa ada keihlasan dalam bertindak, maka kerusakan-kerusakan moral, perampokan, penipuan, kursi jabatan menjadi barang lelang, pejabat berkolusi untuk korupsi, rakyatnya banyak menjadi perampok, tukang pajak jadi pemalak, ahli hukum jadi markus, dan lain-lain pasti erjadi.
Saat ini marilah kita mulai dari diri sendiri, kemudian merembet kepada anggota keluarga, dan masyarakat, segala aktivitas hidup bermakna ibadah yang ikhlas. Dari hal yang kelihatannya kecil, seperti neyekolahkan anak-anak juga semestinya dalam settingan ibadah yang ikhlas karena Allah semata. Bukan karena gengsi atau mimpi, bukan karena terpikat label-label sekolah berstandar internasional atau lainnya. Tetapi karena melaksanakan perintah Allah. Beribadah dengan tolabul ilmi, atau memfasilitasi anak-anak untuk tolabul ilmi di sekolah. Orientasikan untuk Allah, maka akan sukses dunianya, dan selamat akheratnya. Raihlah SBA (sekolah berbasis akhirat), bukan sekedar SBI (sekolah bertarip internasional).
Pilih sekolah yang menyuburkan ketaatan beribadah kepada Allah SWT.  Menagislah jika keluarga kita, atau anak kita tidak sholat. Menangislah kalau anak kita tidak lancar baca Quran. Menangislah kalau anak kita tidak berakhlak mulia. Menangislah kalau anak kita tidak tahu akan Tuhannya, Dan menagislah kalau anak kita tidak mengenal Nabi dan Rasulnya.
Takutlah dan menangislah akan peringatan Allah terhadap diri dan keluarga kita :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At-Tahrim: 6)
Itulah sebuah amal yang diawali dengan ketulusan maka segalanya akan menjadi baik, sukses, dan berkah untuk diri dan lingkungan sekitar, bahkan dalam berbangsa dan bernegara. Ketulusan awal segalanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar