Ketulusan adalah sebuah kesediaan seseorang untuk berbuat dengan
hanya berharap kerelaan dan kecintaan pihak yang telah berjasa baik
kepadanya. Seseorang yang bersedia untuk malakukan tugas dengan penuh
tanggungjawab, amanah, mau berkorban, sepenuh waktu dan sepenuh jiwa
adalah sebuah ketulusan.
Ketulusan dalam bahasa agama adalah keikhlasan. Sebuah
persembahan amal hati yang tersembunyi dan amal perbuatan yang nampak
dalam rangka mengharapkan keridloan dan kecintaan Sang Pencipta
merupakan keihklasan yang semestinya. Ihklas inilah yang merupakan nama
sebuah ketulusan karena Allah. Ketulusan yang tidak semata-mata karena Allah SWT bukanlah disebut ikhlas.
Ketulusan karena Allah semata atau keikhlasan
yang menjadi awal dari segalanya. Carut marutnya fenomena korupsi,
penyalahgunaan wewenang, penghianatan pegawai, pendzoliman kebijakan,
dan perilaku menyimpang lainnya adalah akibat dari ketulusan yang salah. Dalam
dunia pendidikan timbulnya kekerasan pendidikan berupa melabeli siswa
bodoh, mengajar membosankan, sering memarahi siswa, dan perilaku lain
yang tidak membuat siswa nyaman untuk belajar adalah akibat ketulusan
yang salah. Ketulusan yang salah tidak bisa disebut ikhlas. Ini juga awal sebuah petaka timbulnya berbagai kekerasan dalam pendidikan.
Ada dua hal yang perlu diluruskan dalam hal ketulusan yang menjadi awal dari segalanya, yaitu : Pertama,
mengembalikan pemahaman tentang segala aktivitas kehidupan. Baik
aktivitas hati, lisan, tulisan, dan semua aktivitas lainnya harus
bermakna ibadah. Sesuai dengan definisi Syeikhul Islam Ibnu taimiyyah : “Ibadah
adalah suatu ungkapan yang mencakup seluruh perbuatan hati, dan anggota
badan yang diridloi dan dicintai oeleh Allah SWT. Baik lahir maupun
batin”.
Kedua, Memurnikan niat semata karena Allah sampai pada tingkatan ikhlas haqiqi, sehingga bersih dari riya (ingin dilihat) dan sum’ah ) ingin terkenal). Allah SWT. Telah berfirman :
وَمَا
أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ
الْقَيِّمَةِ
“Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah
agama yang lurus.” (Al-Bayyinah : 5)
Dan juga firman-Nya :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Al-Dzariyat 56)
Maka jika mulai dari bekerja mencari nafkah,
menyekolahkan anak, mengajari anak atau murid, dan semua aktivitas hidup
lainnya dimaknai sebagai ibadah yang dilakukan secara tulus karena
Allah SWT, maka kebaikan dan keberkahan akan diperoleh yang bersangkutan
dan masyarakat sekitarnya.
Demikian juga saat kita rutin menambah ilmu, bersikap santun, dermawan,
tidak sombong, melayani dan membantu masyarakat, jika disetting sebagai
ibadah yang ikhlas karena Allah maka kedamaian dan kesejahteraan yang
akan tercipta.
Berbeda sekali saat makna dan orientasinya salah, bukan ibadah yang diorientasikan untuk Allah semata. Tanapa
ada keihlasan dalam bertindak, maka kerusakan-kerusakan moral,
perampokan, penipuan, kursi jabatan menjadi barang lelang, pejabat
berkolusi untuk korupsi, rakyatnya banyak menjadi perampok, tukang pajak
jadi pemalak, ahli hukum jadi markus, dan lain-lain pasti erjadi.
Saat ini marilah kita mulai dari diri
sendiri, kemudian merembet kepada anggota keluarga, dan masyarakat,
segala aktivitas hidup bermakna ibadah yang ikhlas. Dari
hal yang kelihatannya kecil, seperti neyekolahkan anak-anak juga
semestinya dalam settingan ibadah yang ikhlas karena Allah semata. Bukan
karena gengsi atau mimpi, bukan karena terpikat label-label sekolah
berstandar internasional atau lainnya. Tetapi karena melaksanakan
perintah Allah. Beribadah dengan tolabul ilmi, atau memfasilitasi anak-anak untuk tolabul ilmi di sekolah. Orientasikan untuk Allah, maka akan sukses dunianya, dan selamat akheratnya. Raihlah SBA (sekolah berbasis akhirat), bukan sekedar SBI (sekolah bertarip internasional).
Pilih sekolah yang menyuburkan ketaatan beribadah kepada Allah SWT. Menagislah jika keluarga kita, atau anak kita tidak sholat. Menangislah
kalau anak kita tidak lancar baca Quran. Menangislah kalau anak kita
tidak berakhlak mulia. Menangislah kalau anak kita tidak tahu akan
Tuhannya, Dan menagislah kalau anak kita tidak mengenal Nabi dan
Rasulnya.
Takutlah dan menangislah akan peringatan Allah terhadap diri dan keluarga kita :
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا
النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا
يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang
keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At-Tahrim: 6)
Itulah sebuah amal yang diawali dengan
ketulusan maka segalanya akan menjadi baik, sukses, dan berkah untuk
diri dan lingkungan sekitar, bahkan dalam berbangsa dan bernegara. Ketulusan awal segalanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar